Oleh: Muhammad Nashir Syam
(Anggota FKUB Kabupaten Ketapang)
Cerita Gus Dur
Cerita ini sudah sering ditulis dan disampaikan oleh orang-orang pada beberapa kesempatan, sayangnya Penulis tidak menemukan kesahehannya melalui referensi. Tapi sudah kadung diyakini asal-usulnya dari Gus Dur, Sang pluralis dan Guru Bangsa itu.
Begini : Pada suatu saat Gus Dur ditanya oleh seorang sahabatnya, seorang pemeluk Nasrani.
“Gus, menurut Al-Qur’an putra Ibrahim yang diperintah Tuhan untuk disembelih itu Ismail, sedangkan menurut Alkitab yaitu Ishak. Mana yang benar ?”
Gus Dur dengan ringan menjawab, “Yah benar semua…”
“Lah ko’ bisa begitu Gus..” Tanyanya penasaran.
Kemudian kata Gus Dur, “Ya kan dua-duanya tidak jadi disembelih toh..”
Sampai di sini dialog itu berakhir, puas tidak puas si penanya itu beringsut pamit.
Apa maknanya ?
Berbeda memahami teks-teks kitab suci dari dua agama yang berbeda adalah sebuah keniscayaan, dilihat dari sudut apapun tak akan bisa bertemu. Akan tetapi bukan berarti itu sudah sampai pada kata akhir. Bukankah di titik tertentu ada persamaannya ? Mengapa justeru persamaan ini yang tidak kita kuatkan ?
Menurut Al-Qur’an
Kisah tentang Nabi Ibrahim Alaihissalam (atau Abraham) di dalam Al-Qur’an tersebar pada beberapa surah, antara lain surah Al-Maidah 27, Ash-Shaffat 100-111, Hud 69-73, Al-Hijr 54-56, Al-Hajj 34, dll. Sosok satu ini sangat istimewa, dalam Islam beliau diberi gelar Khalilullah (kekasih Allah) dan abul anbiya’ (bapak para nabi), gelar yang kedua mengingat dari dua puteranya yaitu Ismail dan Ishak melahirkan nabi-nabi Bani Israil dan Arab.
Seperti dimaklumi, Ibrahim mempunyai seorang isteri benama Sarah. Di usia senjanya mereka bedua belum juga dikaruniai seorang anak. Maka Sarah mengizinkan Ibrahim menikahi Hajar. Bersama Hajar, lahirlah Ismail (dari Ismail-lah turun bangsa Arab sampai ke Nabi Muhammad SAW). Tuhan berkehendak lain, pada usianya yang sudah sangat tua, Sarahpun ternyata hamil, dan dari Sarah inilah lahir Ishak yang menurunkan Ya’qub (bergelar Israil atau Israel, dan putra-putranya disebut dengan Bani Israil). Jadi, Ismail adalah putra pertama dari isteri kedua. Sedangkan Ishak adalah putra kedua dari isteri yang pertama.
Di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan siapa putra Ibrahim yang diperintah Tuhan untuk dikurbankan itu. Muhammad Quraish Shihab; seorang ulama ahli tafsir Indonesia yang masyhur menafsirkan putra yang dimaksud sebagaimana yang tersirat dalam surah Ash-Shoffat ayat 106 itu adalah Ismail, demikian pendapat mayoritas ulama tafsir. Karena diperkuat pula dengan teks-teks hadits Nabi SAW.
Menurut Alkitab
Matthew Henry (1662-1714) seorang ahli tafsir Alkitab, pendeta Gereja Presbiterian asal Inggris berpendapat bahwa putra Abraham yang diperintah Tuhan untuk dikurbankan itu Ishak.
Dalam Alkitab, dijelaskan bahwa Abram diminta oleh istrinya yaitu Sarai, untuk menikahi seorang budak Mesir Bernama Hagar. Berharap agar Abram memiliki keturunan. Dari pernikahan Abram dengan Hagar, lahirlah seorang putra bernama Ismael. Tuhan berfirman (Kejadian 17 : 1-6) sejak saat itu Abram menjadi Abraham, dan Sarai menjadi Sara-dari dialah akan lahir Ishak (Kejadian 17 : 18-19).
Dikisahkan dalam Kejadian 22 : 1-2 Allah menguji keimanan Abraham dengan menyuruhnya untuk mengurbankan anaknya yaitu Ishak di Tanah Moria’ Abraham mentatai peintah itu, padahal Ishak adalah anak uyang paling disayang (Kejadian 22 : 3).
Maksud dari “anakmu yang tunggal” dalam Kejadian 22 : 2 itu yakni anak Abraham dari Sara yaitu Ishak. Pada saat itu Ismael sedang diusir. Abraham mematuhi perintah Tuhan itu tanpa banyak pertanyaan, dan besar kemungkinan peristiwa itu tidak ia sampaikan terlenbih dahulu kepada Sara, Abraham bahkan tidak memberitahukan kepada siapapun dengan maksud tidak membuat kegaduhan.
Benang merah
Prof. Muhammad Quraish Shihab dan mayoritas ahli tafsir Al-Qur’an berpendapat anak yang dikurbankan adalah Ismail, sekalipun Al-Qur’an tidak menyebutkan sebuah nama. Mengapa ? karena diperjelas oleh ayat-ayat yang lain (misalnya tetang sifat-sifat Ismail dalam surah Al-Anbiya : 85 dan Maryam : 85) dan hadits-hadits nabi. Jadi metode penafsiran Quraish Shibab adalah kajian heurmenetika intertektualitas. Sedang Matthew Henry menggunakan kajian tektual ; di mana Alkitab dengan jelas menyebutkan nama Ishak. Seperti dengan jelas disebutkan di Kejadian 22 : 2 dan Tawarikh 3 : 1.
Letak “persamaannya” adalah pada nilai ketaatan Ibrahim, kesabaran dan ketulusannya dalam melaksanakan perintah Tuhan, yang karenanya berbuah kebahagiaan yakni si putra kesayangan tidak jadi dikurbankan. Esensi ketaatan, kesabaran dan ketulusan inilah melekat pada pengurbanan yang berbuahkan kebahagiaan.
Pesan-pesan nilai ini yang seyogyanya dikuatkan oleh umat muslim dan umat kristiani. Sekalipun objeknya berbeda (dan itu pasti) tetapi nilai -nilai universal kemanusiaannya sama.
Daftar Pustaka
Muhammad Quraish Shihab. 2009, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati
Lembaga Alkitab Indonesia. 1985, Alkitab, Bogor : Percetakan LAI Ciluar
Discussion about this post