Kapuas Hulu – fkub-kalbar.or.id, Setiap kita diciptakan Allah dengan perbedaan. Perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), perbedaan suku bangsa (Q.S. 49:13), perbedaan agama dan syariat (Q.S. 5:48), dan sebagainya. Semuanya memiliki maksud terbaik yang Allah kehendaki. Demikian disampaikan Guru Besar Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam dan Antarbudaya IAIN Pontianak saat memberikan orasi ilmiah pada acara Wisuda Sarjana ke-V STIT Iqra’ Kapuas Hulu di Putussibau,Sabtu, 8/2.
Lebih lanjut, Prof. Ibrahim menjelaskan bahwa di balik semua perbedaan tersebut, ada empat hal terbaik yang harus kita pahami sebagai kehendak Allah yang menciptakan kita berbeda:
Pertama , perbedaan hakikatnya adalah untuk saling melengkapi dan menyempurnakan satu sama lain, bukan untuk memecah belah kita.
Kedua , perbedaan adalah ujian dari Allah kepada manusia atas segala potensi yang telah diberikan. Potensi hati, telinga, dan mata digunakan untuk memahami, mendengar, dan melihat kebaikan. Siapakah di antara kita yang paling baik dalam menggunakan semua potensi tersebut untuk fastabiqul khairat (Q.S. 5:48)? Sebab, Allah mengancam setiap manusia yang gagal memanfaatkan potensi tersebut sebagai penghuni neraka jahanam (Q.S. 7:179).
Ketiga , setiap kita, apapun perbedaan suku bangsa, agama, posisi sosial, jabatan, latar belakang, dan profesi hidup, semuanya adalah potensi sekaligus ujian dari Allah SWT yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya peran. Bahwa semua kita memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai posisi. Karena itu, pastikanlah kita selalu memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan untuk umat, agama, dan Indonesia tercinta.
Keempat , dengan semua perbedaan kita (kedudukan, jabatan, latar belakang, profesi, dan keahlian masing-masing), marilah kita satukan dalam kolaborasi terbaik untuk berbagi peran, tugas, dan tanggung jawab dalam memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan yang sebesar-besarnya untuk agama, kemanusiaan, dan ke-Indonesiaan.
Inilah sesungguhnya wujud implementasi dari semangat berbagi kebaikan yang dianjurkan Nabi SAW dalam sabdanya: “Khairunnas man yanfa’uhum linnas” (Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak bermanfaat bagi manusia lainnya).
Bahkan, menurut Guru Besar asal Pengkadan ini, kemampuan memahami perbedaan, saling mengenali dan menghargai, serta kemampuan menempatkan perbedaan sebagai modal positif untuk membangun kolaborasi kemanfaatan dan kemaslahatan yang lebih besar merupakan puncak dari keberhasilan komunikasi (lita‘arafu ) yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemuliaan dan ketakwaan di sisi Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. 49:13. Demikian penjelasan Guru Besar IAIN Pontianak yang juga menjabat sebagai Ketua FKUB Provinsi Kalimantan Barat ini. (Riliis)
Discussion about this post