Pontianak – fkub-kalbar.or.id, Dalam Konteks sejarah umat Islam, peran tokoh penganut agama lain sangat diperhitungkan khususnya di masa awal Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul dan mendapatkan wahyu pertama dari Allah SWT.Selain itu sejarah Islam mencatat dengan baik bagaimana Rasulullah SAW mengelola kerukunan di masyarakat Madinah dengan berbagai macam latar belakang suku dan agama.
Hal in diungkapkan Dr.Zulkifli, MA selaku Narasumber dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Series Ketiga dengan tema “ Merawat Kerukunan Dalam Pandangan Agama Islam Songsong Pesta Demokrasi 2024”, Rabu, 14/9 pagi bertempat di Aula Sekretariat FKUB Kalbar dan akan disiarkan secara langsung melalui Laman Fanspage FKUB Kalbar.
Drinya menyebutkan salah satu dantaranya hadirnya sosok Pendeta Buhaira yang mengetahui tentang tanda-tanda kenabian yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan meminta Paman NabI Muhammad SAW yakni Abdul Muthalib untuk menjaga dan melindungi keselamatan Nabi SAW. Hal ni membuktikan bahwa tokoh agama lain juga turut berperan aktf melndungi Nabi SAW.
“Pada periode Makkah, meskipun Rasullullah SAW mengalam pemboikotan dan mengalam tantangan yang sangat besar, Namun beliau tetap melakukan pembinaan secara mental kepada para sahabat-sahabatnya” ujarnya.
Kemudan pada masa periode Madinah inilah Rasulullah melakukan perubahan-perubahan dan Langkah-langkah strategis diantaranya mempersaudarakan antara berbagai kelompok suku dan Agama di Madnah seperti mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshor..
Selain itu, Ketika Rasulullah SAW berada di Madinah, posisi Rasulullah tidak lagi sebatas sebagai pemimpin agama tapi juga bertindak sebagai pemimpin negara dan Politik. Salah satunya tercermin dari konsesus yang disepakati yakni Piagam Madinah.
“Oleh karena itu, Konflik yang terjadi yang melibatkan antara Kaum Muslimin di Madinah dan Kaum Kafir Quraisy di Makkah tidak bisa dibaca dengan hanya menggunakan kacamata agama saja tetapi juga harus dibaca melalui dimensi politik. Termasuk apa yang terjadi pada perjanjian Hudaibiyah yang terkesan merugikan kepentingan umat Islam namun disisi lain merupakan upaya strategis Rasulullah menciptakan kedamaian dan berkonsentrasi menyebarluaskan ajaran Islam ke seluruh penjuru”. Ujarnya.
Ia berharap bahwa belajar dari rentetan sejarah Islam ini dapat diambil sebuah pelajaran bahwa Islam dapat dikembangkan saat terciptanya rasa damai. Serta tantangan kerukunan itu bisa saja dating dari internal , namun kita dapat mengambil pelajaran dari Rasulullah SAW dalam mengelola kerukunan sebagaimana diatur dalam konsensu Piagam Madinah. (Rilis)
Discussion about this post