Pontianak – fkub-kalbar.or.id, Dalam kegiatan Dialog Pelajar Lintas Agama yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Kalimantan Barat, Prof. Dr. Ibrahim, MA, Ketua FKUB Kalbar sekaligus Guru Besar Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Pontianak, menekankan pentingnya moderasi beragama bagi Generasi Z. Acara yang berlangsung di Ampitheater SMAN 1 Pontianak ini mengangkat tema “Generasi Z: Agen Kerukunan Cerdas Bermedia Sosial”., Sabtu, 27/7.
Dalam paparannya, Prof. Ibrahim menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah cara pandang, bersikap, dan praktik beragama yang menekankan pada keseimbangan, keteraturan, dan keadilan. “Moderasi beragama berarti berada di jalan tengah, tidak ekstrem kiri (fanatik) atau ekstrem kanan (liberal), inklusif dan toleran,” jelasnya.
Prof. Ibrahim menguraikan bahwa realitas keragaman agama di Indonesia menuntut adanya sikap moderat dalam beragama. “Kita menghadapi tantangan radikalisme dan ekstremisme yang anti perbedaan dan intoleran. Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi sangat penting untuk menjaga kerukunan dan harmoni di masyarakat,” ujarnya.
Ia juga mengacu pada beberapa regulasi pemerintah seperti PMA No. 18 Tahun 2020 tentang Renstra Kementerian Agama 2020-2024 dan Perpres 58 Tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama sebagai landasan hukum yang mendukung upaya moderasi beragama di Indonesia.
Prof. Ibrahim menyampaikan beberapa prinsip penting dalam beragama secara moderat:
- Beragama dengan keyakinan yang memperteguh kecintaan kepada negara dan bangsa, serta menerima Pancasila dan NKRI.
- Mengedepankan prinsip-prinsip harmonisasi dan kerukunan sebagaimana misi luhur semua agama, yaitu anti kekerasan.
- Beragama yang akomodatif terhadap kebudayaan lokal dan tidak menafikan aspek kontekstual.
- Menghargai dan menghormati perbedaan, serta bersatu dalam keragaman.
Menurut Prof. Ibrahim, Generasi Z harus mampu menempatkan agama dan perbedaan agama sebagai sunnatullah yang diciptakan untuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). “Mereka harus toleran dan bisa hidup berdampingan dalam segala perbedaan, bersikap dialogis, dan tidak memaksa kehendak,” tegasnya.
Prof. Ibrahim juga menekankan bahwa Generasi Z harus cerdas dalam bermedia sosial. “Agama harus menjadi inspirasi untuk memanfaatkan kemudahan komunikasi media sosial untuk hal-hal positif, menghindari fitnah, hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi sebagai kewajiban agama,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa media sosial dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam memelihara kerukunan antarumat beragama jika digunakan dengan bijak. “Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam merawat kerukunan beragama di Indonesia. Dengan pemahaman yang baik dan penggunaan teknologi secara positif, mereka bisa berkontribusi signifikan dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai,” pungkasnya.
Acara ini dihadiri oleh pelajar dari berbagai sekolah di Pontianak dan mendapat sambutan positif dari para peserta. Mereka berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan untuk memperkuat kerukunan umat beragama di Indonesia. (Rilis)
Discussion about this post