Oleh : Muhammad Nashir Syam
(Aktifis Kemanusiaan dan Anggota FKUB Ketapang)
Tahun 2024 adalah tahun pemilukada, sebab pada medio November yang lalu bangsa Indonesia melaksanakan pemilihan kepala daerah baik di tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi. Sebelumnya, yakni Februari 2024 telah dilaksanakan pula pemilihan calon anggota legislataif dan pemilihan calon presiden/wakil presiden . Perhelatan berlangsung sangat seru dan meriah, dari perspektif demokrasi kontestasi dan kompetisi yang terjadi adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika demokrasi itu sendiri.
Ujung 2024, saudara-saudara kita umat Kristiani merayakan Natal ; hari di mana mereka yakini sebagai hari lahirnya sang penebar kasih sayang, yakni Yesus Kristus. Apa relevansinya dengan kondisi saat di mana bangsa Indonesia baru saja menyelesaikan tahapan-tahapan perjalanan demokrasi dengan natal tahun ini ?
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia atau PGI dan Konferensi Waligereja Indonesia atau KWI merilis bahwa tema Natal Nasional tahun 2024 ini adalah “Marilah sekarang kita ke Betlehan…” tema yang diusung ini sejatinya diambil dari ayat Alkitab Lukas Bab 2 ayat 15. Gereja-geraja yang berada di bawah naungan PGI biasanya akan menerapkan tema ini dalam liturgi, khotbah dan berbagai Natal lainnya. Meski begitu, penerapannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi gereja-gereja di seluruh wilayah Indonesia.
Makna tema Natal 2024 itu dilansir dari laman resmi The Bible Says, pasal Lukas dalam Alkitab bercerita tentang perjalanan Yesus menuju Yerussalem. Pada bab 2 ayat 15 bercerita keputusan para gembala mengunjungi Betlehem dengan penuh sukacita mencerminkan Iman kepada Allah. Mereka adalah kaum yang beruntung, dipercayakan untuk menyampaikan kabar baik tentang kelahiran “juru selamat” Yesus Kristus. Lewat tema ini, setiap umat Allah dipanggil untuk bersama-sama menjumpai Yesus di Betlehem. Di mana Dia akan mengampuni, menyembuhkan dan peduli pada orang yang dikucilkan dan dipinggirkan.
Konteks Natal tahun ini adalah, kita berada pada saat di mana kita mudah diadu doma dengan berita-berita yang tidak jelas kebenarannya, kompetisi yang tidak sehat demi mendapatkan kursi kekuasaan, harkat dan martabat nilai-nilai kemanusiaan yang sudah amat menipis, bahkan mengarah pada pemusnahan etinis atau genoside yang terjadi di hampir belahan dunia.
Jujur diakui, dunia saat ini belum baik-baik saja. Belum selesai masalah Palestina yang ditindas Yahudi Israel dan konflik Rusia-Ukraina yang belum ada titik terang, kitapun dikejutkan dengan konflik bersaudara di Suriah. Belum lagi tragedi kemanusiaan yang tidak semuanya tercover oleh massmedia.
Di Indonesia, kita sedang belajar memerankan diri sebagai sebuah bangsa yang terus menerus mau belajar bagaimana menerapkan demokrasi yang elegan dan santun. Meski harus diakui pula prose pembelajaran ini tak semudah diteorikan. Siapapun yang terpiih dalam hajat demokrasi kemarin, sekalipun kontestasi sudah selesai tapi masih menyisakan dendam, belum move on dan mengarah pada keterpecahbelahan. Melalui misi tema nasional Natal inilah, sejatinya kita diajak untuk bersama-sama “marilah sekarang kita ke Betlehem” maksudnya, kembali menemukan jati diri kita yang awalnya penuh dengan kasih sayang sesama, sebagai dasar fundamental dari ajaran Kristus.
Semoga tema Natal tahun ini menjadi penyemangat perjuangan kita menebarkan kasih sayang di bumi. Menjadi sumber mata air yang meneteskan kesejukan di tengah padang pasir terik panas kehidupan, menjadi inspirasi dan motivasi untuk membekali langkah kaki kebajikan.
Kiranya Tuhan Yang Maha Kasih Tak Pilih Kasih senantiasa merahmati kita. Amin.
Discussion about this post