Pontianak = fkub-kalbar.or.id, Direktorat Binmas Polda Kalimantan Barat menggelar acara tatap muka bertema “Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme, Radikalisme, dan Intoleransi” di Ballroom Meranti Hotel Alimoer, Kubu Raya. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI), organisasi masyarakat, mahasiswa, dan tokoh agama, dengan tujuan memperkuat nilai-nilai kebangsaan demi menjaga keutuhan NKRI. Rabu, 30/4 bertempat di Hotel AlimorKbu Raya.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Ibrahim, MA, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Barat, memaparkan materi berjudul “Pentingnya Toleransi dalam Kehidupan Bermasyarakat dari Perspektif Islam”. Dalam paparannya, beliau menegaskan bahwa toleransi adalah kunci untuk membangun harmoni di tengah masyarakat majemuk seperti Kalimantan Barat, yang kaya akan keragaman suku, agama, dan budaya.
“Toleransi bukan hanya sekadar sabar atau menahan diri, tetapi juga kemampuan untuk tidak memaksakan kehendak, tidak mencela, dan tidak merendahkan orang lain hanya karena perbedaan. Kita harus menerima perbedaan sebagai anugerah Tuhan dan membangun kebersamaan di atasnya.”
Prof. Ibrahim menjelaskan bahwa toleransi mencakup tiga tahapan: menerima perbedaan sebagai realitas yang tak terelakkan, menghormati serta menghargai perbedaan tersebut, dan yang tertinggi, mampu hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda. Beliau mengutip Al-Qur’an, Surah Al-Kafirun ayat 1-6, yang menegaskan prinsip “lakum dinukum waliyadin” (bagimu agamamu, bagiku agamaku) sebagai puncak toleransi.
Dalam konteks Islam, Prof. Ibrahim menegaskan bahwa perbedaan adalah sunatullah (ketentuan Tuhan) yang diciptakan untuk mendorong manusia saling mengenal, memahami, dan berlomba dalam kebaikan. Ia merujuk pada Surah Al-Hujarat ayat 13 dan Al-Maidah ayat 48, yang menunjukkan bahwa keragaman adalah bagian dari desain ilahi untuk menguji dan memotivasi kebaikan.
Lebih lanjut, beliau menghubungkan nilai toleransi dengan falsafah Pancasila, yang disebutnya sebagai implementasi ajaran Islam dalam konteks Indonesia. “Pancasila adalah ikatan kita bernegara, yang merangkul semua agama dan keragaman. Dengan Pancasila, kita bisa bersatu dalam kebinekaan,” ujarnya.
Prof. Ibrahim menekankan pentingnya komunikasi tatap muka untuk mengatasi jarak sosial akibat perbedaan. Ia memuji inisiatif kegiatan ini sebagai langkah strategis untuk membangun dialog antar kelompok berbeda, yang pada akhirnya dapat mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Beliau juga mengajak seluruh peserta, termasuk tokoh agama dan penyuluh, untuk memperkuat literasi keagamaan dan kerukunan. “Kita harus mencerdaskan umat dengan pemahaman bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Dengan toleransi, kita bisa membangun Kalimantan Barat yang rukun dan harmonis,” tambahnya.
“Keindahan pelangi karena banyak warna, bukan satu warna. Begitu pula Kalimantan Barat, keindahannya karena keragaman yang disatukan dengan toleransi.” Red)
Discussion about this post