Singkawang – fkub-kalbar.or.id, Salah satu penyebab banyak masyarakat yang terpapar pemahaman garis keras yang mengarah pada tindakan terorisme ialah memiliki semangat beragama yang tinggi namun pemahaman keagamaannya minimalis dan miskin ilmu.
Hal ini disampaikan Rosnazizi alias Abu Dhofir mantan eks terpidana terorisme saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional dengan tema “Membangun Moderasi Beragama dalam Bingkai NKRI Menuju SIngkawang Hebat” Senin, 11/7 bertempat di Hotel Swiss Belinn Kota Singkawang.
Ia mengungkapkan bahwa dulu dirinya belajar agama secara otodidak karena dirinya mengaku berangkat dari pendidikan umum dimana pelajaran keagamannya minimalis. . Ia banyak membaca Quran dan Hadist dengan pemahaman keagamaan yang dangkal.
“Saya berkeyakinan bahwa segala sesuatunya harus dikembalikan lagi kepada Quran dan Sunnah karena keduanya merupakan hukum Allah yang harus dijalankan karena kita hidup di bumi Allah SWT jadi wajib menjalankan hukum-Nya.” Ujarnya menceritakan keyakinan dan pengalamannya saat berinteraksi dan menjadi bagian dari kelompok radikal yang akhirnya membuat keinginannya untuk pergi ke Suriah semakin kuat.
Saat dirinya ditahan tim Densus 88 itulah ia merasa ada titik balik dan merefleksikan kembali pemahaman keagamaan yang selama ini ia yakini.
“Saat ditahan saya kembali membaca Quran dan Hadist-hadist Nabi SAW disitulah saya mendapatkan pemahaman keagamaan yang selama ini dipahami termasuk menemukan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa sudah sejalan dan sesuai dengan Quran dan Sunnah yang kemudian digali oleh para ulama dalam bentuk Pancasila itu.” Ujarnya.
Ia juga mengajak seluruh komponen masyarakat dan tokoh agama untuk terus melawan dan membasmi bibit-bibit radikalisme dan jangan lengah terhadap kelompok kelompok seperti ini salah satunya dengan menyajikan pemahaman keagamaan yang moderat ( jalan tengah).
Discussion about this post