Pontianak – fkub-kalbar.or.id, Kerukunan tidak akan terjadi apabila seseorang individu atau kelompok masyarakat tidak melaksanakan toleransi dan Kerjasama serta mengedepankan ajaran Khonghucu yakni Satya dan Tepasalira.
Hal ini disampaikan oleh Sutadi, S.H selaku Ketua Majelis Tinggi Agama Konghuchu Kalimantan Barat dalam agenda Focus Group Discussion (FGD) Series kedua dengan tema “ Merawat Kerukunan Dalam Pandangan Agama Konghuchu Songsong Pesta Demokrasi 2024”, Rabu, 31/8 pagi bertempat di Aula Sekretariat FKUB Kalbar dan akan disiarkan secara langsung melalui Laman Fanspage FKUB Kalbar.
Menurutnya, harmoni dalam perspektif Khonghucu sangat relevan dengan konidis bangsa Indonesia yang terdiri atas beranekaragaman suku, bangsa, dan agama.
Dirinya mengutip pesan Nabi Konghuchu yang mengatakan bahwa “Orang yang bersamaan jalan suci belum tentu dapat bekerjasam. Tetapi orang yang berbeda jalan suci belum tentu tidak dapat bekerjasama.”
Dalam konteks politik seringkali orang berlomba-lomba untuk memperebutkan. Padahal dalam perspektif Konghuchu, perlombaan diperkenankan dimana saling berlomba disini dimaksudkan untuk menunjukkan kelebihan dan kekuatan masing-masing, bukan berebut dalam artian saling menjatuhkan satu dengan lain.
Kerukunan adalah merupakan sikap saling menghormati dan menyayangi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Zhong (忠): Mempunyai pengertian imani suatu rasa tuntutan untuk Satya kepada Tuhan (忠 於 天 – Zhong Yu Tian), yang menjadikan kita menjadi manusia
Shu (恕): Mempunyai pengertian bahwa Firman Thian (天 命 – Tian Ming) yang terkandung dalam diri manusia sebagai watak sejatinya (性 – Xing) itu hendaknya dikembangkan dengan cara diamalkan pada sesama (恕 於 人 – Shu Yu Ren) karena memang dengan itulah antar sesama manusia dapat bersesuaian. Dan itu sudah menjadi hukum-Nya, karena Firman-Nya (天 命 – Tian Ming) itu awal-pangkal nya memang untuk diamalkan kepada sesama manusia sebagai kodrat kemanusiaan.
Jadi jelaslah, kepada Tuhan manusia harus Satya ( 忠 於 天 – Zhong Yu Tian), dalam arti Satya (忠 – Zhong) kepada kodratnya yang telah difirmankanNya dan menjadi harkat kemanusiaannya tersebut. Dan itu menuntut pengamalan kepada sesama ( 恕 於 人 – Shu Yu Ren) sebagai pengejawantahan akan FirmanNya itu. Dan ini berupa prilaku penuh tepaselira (恕 – Shu) kepada sesama manusia. Demikianlah pengertian imani dari azas Zhong Shu (忠 恕) yang harus benar-benar diamalkan dalam kehidupan setiap umat Agama Khonghucu.
Jadi inti ajaran Konghuchu adalah Satya dan Tepasalira. Karena Satya dan Tepaselira (tahu menimbang) itu tidak jauh dari Jalan Suci.
“Apa yang tidak diharapkan mengena diri-sendiri, janganlah diberikan orang lain”
Kitab Zhong Yong XII: 3
Demikian, maka simbol agama Khonghucu menggunakan gambar Mu Duo (木 鐸), yang berfungsi sebagai Genta Rohani serta diberi huruf / kata 忠 恕 – Zhong Shu atau Satya dan Tepaselira. Satya – Tepasarira (忠 恕 – Zhong Shu) merupakan jabaran Jalan Suci yang dibawakan Nabi Kongzi sebagai Jalan Suci Satu Yang Menembusi Semuanya (壹 貫 之 道 –
Yi Guan Zhi Dao); yakni: Satya menegakkan Firman, Menggemilangkan
Kebajikan dan mengamalkan dengan sebaik-baiknya dalam wujud mengasihi, tepaselira, menyayangi dan bertanggung jawab kepada sesama manusia, sesama makhluk dan alam lingkungan hidup karunia Tian ini. (Rilis)
Discussion about this post