Oleh: :Muhammad Nashir Syam
Anggota FKUB Kabupaten Ketapang
Pangeran Siddharta Gautama (536-483 SM) menerima pencerahan (enlightenment) di bawah pohon bodhi, kemudian ia mendapatkan julukan “Sang Buddha” ajarannya kemudian kita kenal dengan Agama Buddha dan pengikutnya disebut Buddhis.
Pohon rindang yang ada di belakang saya, adalah pohon bodhi. Berlokasi di depan Vihara Dhammamangala Ketapang ditanam sejak tahun 2013. Menurut sahabat saya, Pandita Muda Sudarso Law bibitnya didatangkan langsung dari India.
Informasi dari Wikipedia ; nama latinnya ficus religiosa (Bahasa Inggris : sacred fig) termasuk spesies ara yang berasal dari sub-benua India, barat daya Tiongkok dan Indochina. Spesies tersebut masuk dalam moraceae keluarga ara dan mulberi.
Pohon bodhi atau bodhisattva memiliki makna mendalam sebagai symbol kebijaksanaan, belas kasih dan penyelamatan semua makhluk hidup. Pohon ini dipandang suci oleh penganut Agama Hindu, Buddha dan Jainisme. Pohon ini sudah biasa ditanam di halaman depan vihara-vihara di seluruh dunia, daunnya yang berbentuk hati melambangkan kasih sayang murni yang harus ditebarkan, dilanggengkan umat manusia. Dalam pahatan Candi Borobudur jelas sangat kentara pohon ini, mencakup batang, dahan dan daun berbentuk hati dipahat secara detail. Adapun pohon bodhi yang ditanam di sekitar Borobudur merupakan keturnan langsung dari pohon induk yang terdapat di Bodh Gaya, India.
Samakah pohon bodhi dengan pohon tin ?
Keduanya jelas berbeda ; bentuk daun tanaman tin seperti jari sebanyak 3 atau lima ruas, daunnya tumbuh tunggal dan berwarna hijau terang dengan Panjang 12 sampai 25 cm dan lebar 10 sampai 18 cm. berbulu halus pada permukaan daunnya. Tanaman ini mampu berbuah sepanjang tahun dan cukup mudah dalam perawatannya dan bisa dibudidayakan. Istimewanya lagi, tanaman ini disebut jelas dalam Al-Qur’an.
Pohon bodhi dengan tin berasal dari spesies yang sama, yaitu kelompok genus ficus dan keluarga moraceae. Tetapi keduanya berbeda baik dari ciri maupun habitatnya. Menyamakan pohon bidhi dengan pohon tin sama dengan tindakan menyebut anjing chihuahua yang merupakan anjing domestic (canis familiaris) sebagai serigala (canis lupus), meskipun keduanya sama dari genus canis.
Dalam mensikapi pendapat yang “menyamakan” Sang Budha dengan Nabi Zulkifi as dan pohon bodhi dengan pohon tin, kita harus menjaga sikap yang inklusif ; menghargai perbedaan dan tetap mempromosikan toleransi antar-agama. Agama-agama besar memiliki kompleksitasnya masing-masing dan upaya untuk mencari persamaan seharusnya tidak mengaburkan perbedaan yang nyata.
Agama Islam dan Agama Buddha adalah dua entitas yang terpisah, keduanya mempromosikan dialog antar-agama yang konstruktif dan saling menghormati. Hal ini akan memperkuat kerukunan dan persaudaraan antar umat beragama, bukan justeru mengaburkan esensi pokok ajaran agama masing-masing.
Discussion about this post