Kubu Raya – kub-kalbar.or.id Dr. Ahmad Jais, M.Ag, Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Kalimantan Barat, menyampaikan materi mengenai Wawasan Kebangsaan kepada para pengurus Pasraman melalui Teknik Terapi Pikiran. Acara ini dihadiri oleh para pemuka agama Hindu dalam Kegiatan Pembinaan Tata Kelola Pasraman Sekolah Minggu Agama Hindu se-Kalimantan Barat, yang berlangsung di Hotel Borneo dari 7hingga 8Juni 2024.
Dalam paparannya, Dr. Ahmad Jais menjelaskan bahwa Pasraman, sebagai lembaga pendidikan Hindu, memiliki peran vital dalam membentuk karakter dan nilai-nilai umat Hindu di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. “Para pengurus Pasraman tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan agama dan spiritual, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan,” ungkap Dr. Ahmad Jais. Wawasan kebangsaan sangat penting karena para pengurus ini berperan sebagai panutan, jembatan identitas agama dan nasional, serta pembentuk generasi yang cinta tanah air dan memiliki semangat toleransi.
Ia menjelaskan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang atau perspektif suatu bangsa tentang dirinya dan lingkungannya, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks Indonesia, wawasan kebangsaan dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945. Ini bukan sekadar pengetahuan, tetapi juga kesadaran dan komitmen untuk melihat Indonesia sebagai satu kesatuan, mendahulukan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau kelompok, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.
Dosen Studi Agama-agama IAIN Pontianak ini menguraikan beberapa komponen penting dalam wawasan kebangsaan, yaitu kesadaran berbangsa dan bernegara, cinta tanah air dan bangsa, serta toleransi dan pluralisme. Kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi pemahaman sejarah, kesadaran hukum, partisipasi kewarganegaraan, dan kesatuan dalam keragaman. Cinta tanah air dan bangsa mencakup penghargaan budaya, penggunaan bahasa persatuan, pelestarian alam, apresiasi prestasi bangsa, dan bela negara. Toleransi dan pluralisme melibatkan pemahaman keragaman, empati lintas kelompok, dialog dan kerjasama, resolusi konflik damai, dan melawan diskriminasi.
Dalam konteks pasraman, wawasan kebangsaan memiliki relevansi yang signifikan. Pasraman tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial dalam membentuk warga negara yang baik. “Ajaran Hindu seperti ‘Vasudhaiva Kutumbakam’ (dunia adalah satu keluarga) sejalan dengan semangat persatuan dalam wawasan kebangsaan,” ujar Dr. Ahmad Jais. Selain itu, pasraman berperan dalam menjaga harmoni di daerah dengan keragaman tinggi, membentuk karakter melalui nilai-nilai seperti Tri Hita Karana, dan melawan ekstremisme. Pasraman juga dapat mengintegrasikan ritual Hindu dengan simbolisme nasional serta menjadi pusat pelestarian seni dan budaya lokal.
Namun, ia juga menyoroti tantangan dalam menanamkan wawasan kebangsaan, seperti polarisasi politik, pengaruh global, prasangka dan stereotip, serta kurangnya pemahaman. Tantangan ini perlu diatasi agar nilai-nilai kebangsaan dapat tertanam dengan baik di kalangan umat Hindu.
Terapi pikiran menurutnya menjadi kunci dalam pembentukan pola pikir positif. Terapi ini tidak hanya mengubah perilaku, tetapi juga pola pikir dasar. “Terapi pikiran membantu pengurus mengenali pikiran atau keyakinan yang menghambat wawasan kebangsaan dan mengubahnya menjadi pandangan yang konstruktif,” jelas Dr. Ahmad Jais. Teknik terapi pikiran meliputi restrukturisasi kognitif, peningkatan empati, penguatan resiliensi, dan integrasi nilai-nilai agama dengan prinsip-prinsip kebangsaan.
Akhirnya ia menekankan bahwa dalam konteks pengurus pasraman dan wawasan kebangsaan, terapi pikiran tidak hanya mengubah pandangan individual tentang konsep-konsep seperti toleransi atau cinta tanah air. Lebih jauh, terapi pikiran membangun fondasi mental yang kokoh, menjadikan pengurus lebih siap menghadapi tantangan, lebih bijak dalam kepemimpinan, dan lebih efektif dalam menanamkan wawasan kebangsaan kepada umatnya.
“Seorang pengurus yang telah melalui proses ini tidak hanya ‘tahu’ tentang nilai-nilai kebangsaan, tetapi ‘menghidupi’ nilai-nilai tersebut,” tutupnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh para guru dan penyulh agama Hindu se-Kalimantan Barat(red)
Discussion about this post