Pontianak – fkub-kalbar.or.id, Bibi Suprianto, MA, co-founder Hearthware School sekaligus akademisi muda IAIN Pontianak, menjadi narasumber dalam kegiatan Dialog Pelajar Lintas Agama yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Kalimantan Barat. Acara yang bertema “Generasi Z: Agen Kerukunan Cerdas Bermedia Sosial” ini berlangsung di Ampitheater SMAN 1 Pontianak dan mengundang perhatian banyak pihak, Sabtu, 27/7.
Dalam paparannya, Bibi Suprianto menjelaskan tentang peran media sosial dalam memelihara kerukunan antarumat beragama. “Media sosial memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi yang dapat menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesempurnaan akhlak,” ujarnya.
Namun, ia juga menyoroti berbagai ancaman yang dapat timbul dari penggunaan media sosial yang tidak bijak. “Ekstremisme ideologi, perubahan nilai sosial, dan pengkultusan tokoh agama di media sosial bisa menjadi ancaman serius terhadap identitas agama,” kata Bibi. Ia juga menambahkan bahwa ancaman terorisme dan radikalisasi di media sosial dapat mengganggu suasana akademik yang kondusif dan mengancam keharmonisan keagamaan(PERAN MEDIA SOSIALDALAM…).
Bibi Suprianto juga membahas pengaruh globalisasi terhadap identitas keagamaan. Menurutnya, globalisasi membawa diversitas pemikiran yang dapat memperkaya pemahaman agama namun juga menimbulkan dilema di tengah keragaman pandangan. “Masuknya pola pikir dan gaya hidup global dapat mengubah pola interaksi dan pemikiran keagamaan pada siswa di sekolah,” jelasnya.
Ia juga menguraikan tantangan dalam menjaga identitas keagamaan di sekolah, seperti perbedaan pendapat dan paham keagamaan di antara siswa yang dapat menciptakan ketegangan dan konflik. “Masuknya pandangan dan nilai-nilai non-keagamaan ke dalam lingkungan sekolah menjadi tantangan bagi pemertahanan identitas keagamaan,” tambahnya.
Menurut Bibi, sekolah memiliki peran penting dalam mempertahankan identitas keagamaan di media sosial. “Sekolah harus memberikan narasi pendidikan agama tentang sikap moderat, konten kepedulian terhadap sesama manusia, serta membuat program khusus yang membawa pada arah perdamaian dan pengetahuan tentang kebangsaan,” ungkapnya(PERAN MEDIA SOSIALDALAM…).
Bijak Bermedia Sosial
Bibi Suprianto menekankan pentingnya bijak dalam menggunakan media sosial untuk menyampaikan agama. “Kita harus memfilter informasi agama yang dapat memicu konflik dan menyampaikan informasi agama dengan santun,” pesannya kepada para peserta dialog. Ia juga mengajak Generasi Z untuk menggunakan media sosial sebagai sarana menyebarkan pesan-pesan positif tentang toleransi dan kerukunan.
Acara ini dihadiri oleh pelajar dari berbagai sekolah di Pontianak dan mendapat sambutan positif dari para peserta. Mereka berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan untuk memperkuat kerukunan umat beragama di Indonesia. Bibi Suprianto mengakhiri paparannya dengan mengingatkan kembali bahwa media sosial, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam memelihara kerukunan antarumat beragama.
“Generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam merawat kerukunan beragama di Indonesia. Dengan pemahaman yang baik, penggunaan teknologi secara positif, keterlibatan dalam kegiatan antaragama, dan menjadi teladan bagi orang lain, mereka bisa berkontribusi signifikan dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai,” pungkasnya.
Discussion about this post