Bengkayang – fkub-kalbar.or.d, Segenap pengurus Yayasan Vihara Ariamarama Bengkayang (YVAB) bersama-sama menggelar sembahyang untuk memohon berkah keselamatan, rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan bagi seisi keluarga di Kelenteng Pe Kong, Kelurahan Bumi Emas, Kecamatan Bengkayang, dalam rangka menyambut Festival Kue Bulan yang jatuh pada penanggalan Imlek bulan 8 hari ke-15, atau Selasa malam, 17/09.
Festival Kue Bulan, atau dikenal juga sebagai Mid Autumn Festival, dalam Bahasa Mandarin disebut Zhong Qiu Jie, merupakan kebiasaan masyarakat Tiongkok kuno. Setiap penanggalan Imlek bulan ke-8 hari ke-15, mereka selalu melakukan ritual sembahyang untuk memuja Bulan. Pada zaman kuno, orang Tiongkok yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani beranggapan bahwa Bulan sangat berpengaruh terhadap hasil panen, perubahan musim, maupun cuaca. Oleh sebab itu, sembahyang kepada Bulan merupakan sebuah ritual keagamaan yang sangat penting.
Para petani selalu melakukan ritual sembahyang terhadap Bulan pada penanggalan Imlek bulan 8 hari ke-15. Dalam kalender Tiongkok, bulan tujuh, delapan, dan sembilan sudah memasuki musim gugur atau disebut Qiu Tian. Bulan ke-8 hari ke-15 adalah pertengahan dari musim gugur itu sendiri, yang dikenal sebagai Mid Autumn, sehingga disebut Zhong Qiu atau Pertengahan Musim Gugur. Karena itu, festival yang dirayakan di pertengahan musim gugur disebut Mid Autumn Festival atau dalam Bahasa Mandarin disebut Zhong Qiu Jie (中秋节).
Pada Festival Zhong Qiu Jie ini, orang akan berkumpul bersama keluarga untuk menikmati bulan purnama sambil menyantap kue bulan. Kue bulan sendiri memiliki cerita mitologi, yakni kisah Chang’E Terbang ke Bulan.
Menurut cerita mitologi, Ibu Suri dari Kerajaan Langit memberikan kepada seorang pemanah ulung bernama Da Yi dua butir Pil Dewa atas jasanya yang berhasil memanah jatuh 9 dari 10 matahari pada zaman kuno, karena panasnya matahari-matahari tersebut menyiksa penduduk bumi. Da Yi ingin berbagi Pil Dewa tersebut dengan istrinya, Chang’E, agar keduanya bisa hidup kekal bersama. Namun, Pil Dewa tersebut diketahui oleh seorang yang jahat bernama Peng Meng, yang berusaha merampasnya saat Da Yi tidak ada di rumah. Peng Meng memaksa Chang’E menyerahkan Pil Dewa, namun Chang’E menolak dan memilih menelan Pil Dewa tersebut. Setelah menelannya, Chang’E merasa tubuhnya menjadi sangat ringan dan terbang ke Bulan menjadi seorang Dewi. Da Yi menyadari hal ini, namun tidak bisa berbuat apa-apa karena ia masih seorang manusia biasa. Rindu akan istrinya, Da Yi dan anaknya setiap tahun menantikan kembalinya Chang’E. Menyadari ketulusan Da Yi, para dewa dan dewi turun dari langit dan menyarankan agar Da Yi menyiapkan kue bulat berbentuk Bulan sebagai persembahan setiap bulan ke-8 hari ke-15 saat bulan purnama, agar istrinya dapat pulang setahun sekali untuk berkumpul bersama Da Yi dan anaknya.
Sejak saat itu, menyiapkan kue bulan setiap bulan 8 hari ke-15 menjadi tradisi bagi masyarakat Tiongkok kuno hingga sekarang, dengan makna yang berbeda, yakni untuk berkumpul bersama keluarga, menikmati indahnya bulan purnama, dan menyantap kue bulan.
Festival Kue Bulan memiliki makna simbolis persatuan atau berkumpulnya seisi keluarga, kerinduan akan kampung halaman atau keluarga yang berjauhan, serta permohonan rezeki dan kebahagiaan bagi keluarga. Festival Kue Bulan merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Tiongkok maupun masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
(Kontributor: Tji Cin Med, B.CL; )
Discussion about this post