*
Pontianak, – fkub-kalbar.or.id, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Barat menggelar acara dialog dengan tema “Dialog FKPT dengan Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan Organisasi Masyarakat serta Forum Masyarakat dalam Pencegahan” di Hotel Orchard Perdana, Pontianak. Acara ini bertujuan untuk membahas peran serta masyarakat dalam mencegah paham radikalisme dan terorisme, serta pentingnya menjaga kerukunan dan toleransi antar kelompok masyarakat. Kamis, 5/12.
Dalam sambutannya, Ketua FKPT Kalimantan Barat, Prof. Dr. H. Wajidi Sayadi, menyatakan bahwa acara ini diselenggarakan untuk memperkuat silaturahmi di tengah dinamika sosial yang berkembang di masyarakat. “Intinya adalah untuk membangun komunikasi yang harmonis dan menyatukan visi dalam mewujudkan Kalimantan Barat yang aman, damai, dan bebas dari ancaman terorisme,” ungkap Prof. Wajidi.
Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalimantan Barat, Pak Manto. Dalam kesempatan tersebut, Pak Manto mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena intoleransi yang meningkat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ia mengutip pengalaman Amerika Serikat, yang meskipun mengklaim sebagai negara yang paling toleran, namun kenyataannya justru mengalami peningkatan sikap intoleransi. “Polarisasi politik yang tajam menyebabkan ketegangan sosial yang tinggi. Intoleransi berkembang pesat, bahkan di Amerika, orang enggan duduk bersama dengan orang yang memiliki pilihan politik, agama, ras, dan etnis yang berbeda,” ujarnya.
Pak Manto menambahkan, Indonesia, khususnya setelah pelaksanaan Pilkada Serentak, juga mengalami gejala serupa. Munculnya sikap intoleransi, diskriminasi, dan hoaks di media sosial menjadi tanda bahaya yang perlu diwaspadai. “Sikap intoleransi adalah benih dari radikalisasi dan ekstremisme. Tidak mau menerima perbedaan pendapat, serta menutup diri dari kelompok lain, adalah langkah awal menuju radikalisasi,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pak Manto mengingatkan pentingnya menjaga kondusivitas sosial dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang tengah melanda Indonesia. “Kondisi ekonomi yang sulit, ditambah dengan krisis moral yang semakin mengkhawatirkan, menjadikan dialog seperti ini sangat penting. Kita harus bekerja sama agar pesta demokrasi tidak berakhir dengan rasa saling curiga, provokasi, dan intoleransi,” tambahnya.
Dialog ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh adat, serta perwakilan dari organisasi masyarakat sipil. Para peserta antusias mengikuti diskusi yang berfokus pada upaya mencegah paham radikal serta meningkatkan toleransi dan solidaritas antar kelompok. Acara ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk saling berbagi pandangan, mempererat hubungan antar kelompok, dan mengurangi potensi konflik yang berujung pada terorisme.
Dalam penutupan acara, Prof. Wajidi kembali menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan damai. “Mari kita bersama-sama menjaga Kalimantan Barat agar tetap menjadi provinsi yang penuh kedamaian, jauh dari paham radikalisme dan terorisme,” pungkasnya.
Dialog ini menjadi bukti nyata komitmen FKPT Kalimantan Barat untuk terus memperkuat pencegahan terorisme melalui pendekatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam membangun kedamaian. (miskari)
Discussion about this post